Eksplorasi Konsep 3.1

3.1.a.4. Eksplorasi Konsep - Modul 3.1

Durasi : 2 JP
Moda:  Mandiri

Tujuan Pembelajaran Khusus

  • CGP dapat menjelaskan  pentingnya konsep pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin dalam sekolah sebagai institusi moral.
  • CGP dapat menjelaskan pentingnya  pengambilan keputusan seorang pemimpin yang berdasarkan 3 unsur yaitu berpihak pada murid, bertanggung jawab, serta berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal.
  • CGP bersikap reflektif, kritis, dan terbuka dalam menganalisis nilai-nilai kebajikan yang terkandung dalam sebuah pengambilan keputusan dilema etika.

2.1 Sekolah sebagai Institusi Moral

Seorang pendidik yang berwawasan ke depan dengan kemajuan di era abad ke-21 ini semestinya memiliki pandangan yang memiliki sikap reflektif dan menerima keberagaman dari berbagai aspek. Semangat demokratis dan toleran tentu harus dimiliki para pemimpin masa depan.

Sebelum kita bahas modul ini lebih dalam, kita akan mempelajari apa arti etika. Apa arti moral, sehingga sekolah disebut sebagai suatu institusi ‘moral’. Apakah arti etiket? Apakah sama dengan etika, adakah perbedaan antara etika dan etiket? 

Etika sendiri berasal dari bahasa Yunani kuno, Ethikos yang berarti kewajiban moral. Sementara moral berasal dari bahasa Latin, mos jamaknya mores yang artinya sama dengan etika, yaitu, ‘adat kebiasaan’. Moralitas sebagaimana dinyatakan oleh Bertens (2007, hal. 4) adalah keseluruhan asas maupun nilai yang berkenaan dengan baik atau buruk. Jadi moralitas merupakan asas-asas dalam perbuatan etik. Istilah lain yang mirip dengan etika, namun berlainan arti adalah etiket. Etiket berarti sopan santun. Setiap masyarakat memiliki norma sopan santun. Etiket suatu masyarakat dapat sama, dapat pula berbeda. Lain halnya dengan etika, yang lebih bersifat ‘universal’ etiket bersifat lokal (Rukiyanti, Purwastuti, Haryatmoko, 2018). Baik etiket maupun etika merupakan implementasi dari nilai-nilai kebajikan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam sekolah sebagai institusi moral.

Prinsip-Prinsip Etika

Dalam pengambilan suatu keputusan, seringkali kita bersinggungan dengan prinsip-prinsip etika. Etika di sini tidak berkaitan dengan preferensi pribadi seseorang, namun merupakan sesuatu yang berlaku secara universal, seperti yang telah disampaikan di atas. Seseorang yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti.  Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang. Berbagai nilai kebajikan merupakan hal penting yang perlu ditanamkan sejak dini kepada murid.

Dalam permasalahan guru yang menggunakan cara yang salah dalam memberikan les privat perlu untuk ditangani dengan cara yang tepat. Walaupun hal tersebut tidak mengenakkan sebagai kepala sekolah harus memberikan keputusan yang tepat dengan memanggil dan menyelesaikan kasus secara choaching yang menggali permasalahan dan penyelesaian dari guru tersebut agar cara yang salah dapat diperbaiki dari diri guru tersebut sendiri. Dengan solusi dari guru sendiri kita dapat memberikan arahan tanpa menyinggung. Ada dua nilai yang saling berbenturan yaitu belas kasihan dan integritas.

Keterampilan Pengambilan Keputusan

Dalam keterampilan pengambilan keputusan seringkali berbagai kepentingan saling bersinggungan, dan ada pihak-pihak yang akan merasa dirugikan atau tidak puas atas keputusan yang telah diambil. Perlu diingat bahwa kegiatan pengambilan keputusan adalah suatu keterampilan, semakin sering kita melakukannya maka semakin terlatih, fokus, dan tepat sasaran. Sesulit apapun keputusan yang harus diambil untuk permasalahan yang sama-sama benar, sebagai seorang pemimpin , kita perlu mendasarkan keputusan kita pada 3 unsur yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil. Keputusan tetap harus diambil walaupun dalam keadaan yang sulit sekalipun. Pengambilan keputusan didasarkan pada nilai-nilai kebajikan, bertangung jawab dan berpihak pada murid.


3.1.a.4.1. Eksplorasi Konsep - Forum Diskusi Modul 3.1

Analisis Kasus:

Kasus 1

Pak Frans merupakan guru matematika di SMP Karunia. Pak Frans dikenal sebagai guru yang rajin, ramah, penyabar, dan disukai murid-muridnya. Suatu hari ia sedang mengajar di kelas 8A, guru piket tergopoh-gopoh tiba di depan kelasnya dan mengatakan ada ayahnya Andreas, salah satu murid di kelas 8A di ruang tamu sekolah. Guru piket mengatakan pada pak Frans bahwa ayahnya Andreas ingin menjemput Andreas dan memintanya untuk membantunya bekerja di ladang. Ia juga mengatakan bahwa ayah Andreas datang sambil marah-marah bahkan mengacung-acungkan parang.  Pak Frans pun memanggil Andreas dan mengatakan bahwa ia dijemput ayahnya pulang. Andreas langsung memohon sambil menangis agar Pak Frans tidak mengizinkan ia pulang bersama ayahnya. Andreas berkata ia ingin belajar di sekolah dan ia takut dimarah-marahi oleh ayahnya bila membantu ayahnya di ladang, bila melakukan kesalahan sedikit saja.  Pak Frans bimbang, antara memenuhi permintaan Andreas atau tidak.  Dalam situasi dan kondisi seperti itu, akhirnya Pak Frans memutuskan untuk membawa Andreas ke ruang kepala sekolah, dan meminta saran dari kepala sekolah.  Bila Anda adalah kepala sekolahnya, saran apa yang akan anda berikan pada Pak Frans, dan apa alasannya?

  1. Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut? Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut? Dalam kasus yang dialami oleh Pak Frans tersebut merupakan dilema etika mengenai Individu lawan kelompok (individual vs community). Dalam kasus ini ada pertentangan yang berhubungan dengan konflik antara kepentingan pribadi lawan kepentingan orang lain. 
  2. Apakah ada unsur pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal). Dalam situasi tersebut sebenarnya tidak ada pelanggaran hukum sehingga lebih ke hubungan moral.
  3. Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi). Dalam situasi ini tidak ada pelanggaran kode etik.
  4. Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi). Pada situasi ini ada  situasi yang salah yang berlawanan dengan yang saya yakini, yaitu pemaksaan kehendak kepada orang lain.
  5. Apa yang Anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di media cetak/elektronik atau menjadi viral di media sosial? Apakah Anda merasa nyaman? Bila keputusan ini menjadi viral tentu tidak nyaman karena saya rasakan merupakan bujukan moral atau situasi benar lawan salah sehingga merupakan konsumsi pribadi klien yang tidak boleh diketahui publik.
  6. Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini? Keputusan yang diambil yaitu dengan mengajak berdialog atau diskusi mengenai permasalahan yang ada sehingga tidak terjadi tindak kekerasan.
  7. Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)? Ada, misalnya saya akan meminta Pak Frans untuk mendengarkan alasan ayah Andreas mengapa ia ingin menjemput anaknya dan memintanya untuk bekerja di ladang. Saya akan mencoba untuk memahami latar belakang dan kondisi ekonomi keluarga Andreas. Saya akan menanyakan apakah ada masalah atau kesulitan yang dihadapi oleh ayah Andreas yang membuatnya merasa perlu untuk mengorbankan pendidikan anaknya. Saya memberikan informasi mengenai program pendidikan & pelatihan yang tepat untuk ayah Andreas sehingga meningkatkan keterampilan yang dapat meningkatkan penghasilan ayah Andreas.
  8. Apa keputusan yang Anda ambil? Salah satu keputusan saya yaitu saya akan meminta Pak Frans untuk menenangkan ayah Andreas dan membujuknya untuk tidak menggunakan kekerasan atau ancaman. Saya mencoba memberikan penjelasan bahwa anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas sesuai dengan hak asasi manusia dan dijamin oleh undang-undang.
  9. Prinsip mana yang  Anda gunakan, dan mengapa? Yang saya gunakan yaitu prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Hal ini dengan alasan yaitu karena dibutuhkan kepedulian untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh Andreas karena kurang pedulinya orang tuanya terhadap pendidikan Andreas. Hal ini juga kepedulian terhadap apa yang dialami oleh keluarga Andreas, apakah ada kesulitan ekonomi atau memang karena kekurangpahaman orang tua terhadap pentingnya pendidikan bagi Andreas.

Contoh kasus yang saya alami sendiri dalam pengambilan keputusan :

https://drive.google.com/file/d/1lSXkVzoE86M1W-2mVV8rnCjU7leLDtVE/view?usp=sharing

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Eksplorasi Konsep 2.2

Mulai dari diri Modul 1.1.

Ruang Kolaborasi - Modul 1.1